Dipahami secara luas bahwa shalat meliputi shalat fardhu dan shalat
sunnat yang pelaksanaannya mengacu pada sabda Rasulullah saw. :
Dari penglihatan, mendengarkan ucapan ataupun mengamalkan bersama-sama Rasulullah saw. maupun sikap beliau terhadap sesuatu perilaku sahabatnya dalam melaksanakan shalat, yang kemudian semua itu diriwayatkan para sahabat dan keluarga Rasulullah saw. membawa konsekuensi adanya peluang terjadi perbedaan cara memahami dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan konteksnya masing-masing
Dalil Membaca Surah Al-Fatihah
Membaca surah al-fatihah pada setiap rakaat shalat, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnat adalah wajib, dalam arti bahwa shalat itu tidak sah kalau tidak membaca surah al-fatihah di dalamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diungkapkan oleh Ubadah ibnu Samah :
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan :
Jadi jelaslah bahwa membaca surah al-fatihah (ummul kitab/ummul Qur’an) pada setiap rakaat shalat menjadi rukun shalat yang dilaksanakan, baik shalat fardhu maupun shalat sunat. Hal ini dijelaskan oleh Tsabit ra. :
Karena itu orang yang tidak membaca surah al-fatihah dalam setiap rakaat shalatnya tidak akan diberi ganjaran atau pahala, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Pada shalat yang dilaksanakan secara berjamaah, maka makmum membaca surah al-fatihah pada setiap rakaat shalat tersebut sesudah imam membacanya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
Keharusan bacaan Al-Fatihah dalam shalat, baik oleh imam maupun makmum karena Al-Fatihah merupakan bacaan yang mengandung unsur dialog langsung antara Allah swt. dengan si hamba, sehingga membacapun harus ayat per ayat, sesuai hadis Abu Hurairah ra.:
Apabila ada orang yang karena sesuatu hal tidak bisa menghafal surah al-fatihah, maka mereka dapat menggantinya dengan bacaan sesuai petunjuk Rasulullah saw. dalam hadisnya sebagai berikut :
صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ. رواه البخاري. (فقه السنة، الجزء الأول، ٢٣٥)3.
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku melaksanakan shalat”. H. R. Bukhari.Dari penglihatan, mendengarkan ucapan ataupun mengamalkan bersama-sama Rasulullah saw. maupun sikap beliau terhadap sesuatu perilaku sahabatnya dalam melaksanakan shalat, yang kemudian semua itu diriwayatkan para sahabat dan keluarga Rasulullah saw. membawa konsekuensi adanya peluang terjadi perbedaan cara memahami dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan konteksnya masing-masing
Dalil Membaca Surah Al-Fatihah
Membaca surah al-fatihah pada setiap rakaat shalat, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnat adalah wajib, dalam arti bahwa shalat itu tidak sah kalau tidak membaca surah al-fatihah di dalamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diungkapkan oleh Ubadah ibnu Samah :
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْـرَأْ بِأُمِّ الْقُـرْآنِ. متفق عليه. (بـلوغ المـرام، ٦٤)4.
“Sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda : Tidak sah shalat bagi orang yang tidak
membaca Ummul Kitab (surah al-fatihah). H. R. Bukhari dan Muslim).Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan :
مَنْ
صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْـرَأْ فِيْهَـا بِأُمِّ الْقُـرْآنِ، وَفِى
رِوَايَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَهِيَ خَدَاجٌ هِيَ خَدَاجٌ غَيْرُ
تَمَامٍ. رواه أحمـد و الشيخـان. (فقه السنة، الجزء الأول، ٢٣٤)5.
“Orang
yang melaksanakan suatu shalat (fardhu atau sunat), tidak membaca di
dalamnya (pada setiap rakaatnya) Ummul Qur’an, dan dalam riwayat lain
disebut dengan surah Al-Fatihah, maka shalatnya itu kurang yakni tidak
sempurna, dalam arti kata rusak dan batal”. H. R. Ahamd dan
Bukhari-Muslim).Jadi jelaslah bahwa membaca surah al-fatihah (ummul kitab/ummul Qur’an) pada setiap rakaat shalat menjadi rukun shalat yang dilaksanakan, baik shalat fardhu maupun shalat sunat. Hal ini dijelaskan oleh Tsabit ra. :
أَنَّ
النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقْـرَأُ الْفَاتِحَةَ فِى كُلِّ
رَكْعَةٍ مِنْ رَكَعَـاتٍ الْفَـرْضِ وَ الَّفْلِ. (فقه السنة، الجزء
الأول، ٢٣٥)6.
“Sesungguh Nabi saw. selalu membaca Surah al-fatihah pada setiap rakaat dari rakaat-rakaat shalat fardhu dan shalat sunat”.Karena itu orang yang tidak membaca surah al-fatihah dalam setiap rakaat shalatnya tidak akan diberi ganjaran atau pahala, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
لاَ تَجْـزِى صَلاَةً لاَ يَقْـرَأُ فِيْهَـا بِفَـاتِحَةِ الْكِتَابِ. فى رواية إبن حبان و الدرقطني.7
“Tidak diberi pahala shalat yang tidak membaca surah al-fatihah di dalamnya. H. R. Ibnu Hibban dan Daruquthny.Pada shalat yang dilaksanakan secara berjamaah, maka makmum membaca surah al-fatihah pada setiap rakaat shalat tersebut sesudah imam membacanya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
…
لَعَلَّكُمْ تَقْـرَؤُنَ خَلْفَ إِمَامِكُـمْ ؟ قُلْنَا : نَعَـمْ. قَالَ:
لاَ تَفْعَـلُوْا إِلاَّ بَفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَإِنَّهُ لاَ صَلاَةَ
لِمَنْ لَم يَقْـرَأْ فِيْهَـا. رواه أحمد و أبي داود و الترمذي وابن
حبان. (بلوغ المرام، ٦٤)8.
“Adakah kamu membaca
(surah al-fatihah) di belakang imam? Kami menjawab : Benar. Rasulullah
bersabda : Jangan kamu kerjakan selain membaca Al-Fatihah, karena
sesungguhnya tidak sah shalatnya bagi orang yang tidak membaca
Al-Fatihah di dalamnya”. (H. R. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu
Hibban).Keharusan bacaan Al-Fatihah dalam shalat, baik oleh imam maupun makmum karena Al-Fatihah merupakan bacaan yang mengandung unsur dialog langsung antara Allah swt. dengan si hamba, sehingga membacapun harus ayat per ayat, sesuai hadis Abu Hurairah ra.:
فَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ
تَعَالىٰ : قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ،
وَ لِعَبْدِيْ مَاسَئَلَ ، فَإِذَا قَالَ : الحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالىٰ : حَمِدَنِي عَبْدِيْ. وَإِذَا قَالَ
: الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، قَالَ اللهُ تَعَالىٰ : اَثْنىٰ عَلىٰ
عَبْدِيْ. وَإِذَا قَالَ : مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، قَالَ : مَجِدَنِيْ
عَبْدِيْ وَقَالَ مَرَّةً فَوَضَّ إِلىٰ عَبْدِيْ. فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ
: إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ، قَالَ : هـذَا بَيْنِيْ وَ
بَيْنَ عَبْدِيْ وَ لِعَبْدِيْ مَاسَئَلَ. فَإِذَا قَالَ : اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمِ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. قَالَ : هـذَا
لِعَبْدِيْ وَ لِعَبْدِيْ مَاسَئَلَ. رواه مسلم. (صحيح مسلم الجزء الأول، ۱٦٨)9.
“Sesungguhnya
saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : Allah swt. berfirman : Shalat
itu dibagi dalam dua bagian antara Saya dengan hamba-Ku. Separuh untuk
Saya dan separuhnya untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang
dimintanya. Jika si hamba membaca : الحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، Allah swt. berfirman : حَمِدَنِي عَبْدِيْ (Aku dalam pujian hamba-Ku). Jika si hamba membaca : الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ Allah berfirman : اَثْنىٰ عَلىٰ عَبْدِيْ (Aku memuji hamba-Ku). Ketika hamba berkata : مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، Allah berfirman : مَجِدَنِيْ عَبْدِيْ وَقَالَ مَرَّةً فَوَضَّ إِلىٰ عَبْدِيْ (Aku muliakan dan sangat mempercayai hamba-Ku). Ketika hamba membaca : إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ Allah berfirman : هـذَا بَيْنِيْ وَ بَيْنَ عَبْدِيْ وَ لِعَبْدِيْ مَاسَئَلَ (inilah kejelasan antara Aku dengan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Ketika hamba membaca : اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمِ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. Allah swt. Berfirman : هـذَا لِعَبْدِيْ وَ لِعَبْدِيْ مَاسَئَلَ (Maka yang demikian itu untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. (H. R. Muslim).Apabila ada orang yang karena sesuatu hal tidak bisa menghafal surah al-fatihah, maka mereka dapat menggantinya dengan bacaan sesuai petunjuk Rasulullah saw. dalam hadisnya sebagai berikut :
مَنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ حِفْظُهَـا، قُلْ : سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ
وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
إِلاَّ بِاللهِ. رواه البخاري و أبو داود و الحاكم و الطبراني و ابن ماجه.
(صفة صلاة النبي، ٥٥)10.
“Bagi orang yang tidak mampu menghafal surah al-fatihah, hendaklah membaca (menggantinya dengan bacaan) : سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ (Maha
Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan selain Allah, Allah
Maha Besar dan tidak ada kemampuan dan kekuatan kecuali pada Allah. H.
R. Bukhary, Abu Dawud, Al-Hakim, Thabrany, dan Ibnu Majah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar